WHO Luruskan Kesalahpahaman Sebaran COVID-19 dari OTG Jarang Terjadi

Kamis, 11 Juni 2020 - 20:04 WIB
loading...
WHO Luruskan Kesalahpahaman...
Sejumlah siswa SMA di Australia ingin melakukan tes COVID-19. Mereka yang tidak memiliki gejala COVID-19 juga bisa menularkan virus pada orang lain. Foto/ABC Goldfields-Esperance/Jarrod Lucas
A A A
JAKARTA - Penyebaran virus COVID-19 oleh orang yang tidak menunjukkan gejala (OTG) jarang terjadi. Hal itu diungkapkan oleh Maria Van Kerkhove, Ahli Epidemiologi Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini.

"Kami memiliki sejumlah laporan dari negara-negara yang melakukan pelacakan kontak yang sangat rinci. Mereka mengikuti kasus tanpa gejala, mengikuti kontak, dan mereka tidak menemukan transmisi sekunder, sangat jarang," kata Van Kerkhove seperti dilansir laman Fox News.

"Kami terus-menerus melihat data ini dan berusaha mendapatkan lebih banyak informasi dari sejumlah negara untuk benar-benar menjawab pertanyaan ini. Tampaknya masih jarang bahwa individu tanpa gejala benar-benar mentransmisikan virus," tambahnya. ( )

Namun, tak berselang lama, Van Kerkhove mengklarifikasi pernyataannya itu. Dia menjelaskan, ada kesalahpahaman tentang komentarnya yang dibuat pada Senin (8/6) tersebut. Dalam video Facebook Live, Van Kerkhove menjelaskan bahwa OTG sebenarnya bisa menyebarkan virus, meskipun sejauh mana mereka menularkan tidak diketahui.

"Kami tahu bahwa beberapa orang yang tidak menunjukkan gejala atau beberapa orang yang tidak memiliki gejala dapat menularkan virus," jelasnya.

"Apa yang perlu kita pahami dengan baik adalah berapa banyak orang dalam populasi yang tidak memiliki gejala dan, secara terpisah, berapa banyak orang yang menularkannya pada orang lain," sambung Van Kerkhove.

Van Kerkhove merujuk pada dua atau tiga studi ketika dia membuat pernyataan pada hari Senin.

Sementara itu, klarifikasi dibuat Van Kerkhove setelah muncul banyak kritik dari berbagai kalangan. Dia mengungkapkan bahwa pernyataan yang dikeluarkannya merupakan sebuah subset penelitian.

"Karena saya menggunakan frasa sangat jarang dan saya pikir itu adalah kesalahpahaman untuk menyatakan bahwa transmisi asimtomatik secara global sangat jarang. Apa yang saya maksudkan adalah subset penelitian," ungkapnya. ( )

Di sisi lain Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memaparkan, sejak awal Februari 2020, pihaknya telah mengatakan bahwa orang tanpa gejala dapat mentransmisi COVID-19, tapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan tingkat asimtomatik penularan.

"Penelitian ini sedang berlangsung. Kita semua belajar sepanjang waktu. Berkomunikasi tentang virus baru tidaklah mudah, tapi itu adalah tugas kita," kata Tedros.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1651 seconds (0.1#10.140)